Selamat Maal-Hijrah 1435H

Selamat Maulidurrasul

Wednesday, August 30, 2017

Al-Quran & Sains

Benarkah Pernyataan Al-Qur’an Bahwa Semuanya Diciptakan Berpasangan?

Kita semua mengetahui bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, ada yang diciptakan sebagai laki-laki dan ada pula yang diciptakan sebagai perempuan. Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diyakini bersumber dari Allah pun menyatakan demikian, seperti yang disebutkan dalam An- Najm (53) ayat 45 dan Asy-Syuuraa (42) ayat 11. Namun di ayat yang lain, Allah memberitahukan bahwa tidak hanya manusia yang diciptakan berpasangan, akan tetapi “semuanya” diciptakan berpasangan.
[36:36Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan pada diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Dari surah Yaasiin (36) ayat 36 di atas secara terang-terangan Allah memberitahukan kepada kita bahwa semuanya diciptakan secara berpasangan. Ketika membicarakan mengenai “pasangan” di sini tidak hanya terbatas pasangan “laki-laki dan perempuan” pada manusia karena Allah menegaskan bahwa pasangan itu diciptakannya bagi semua yang ditumbuhkan oleh bumi, dan juga manusia dan lainnya.
Hal ini ditegaskan di surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 dimana Allah berfirman :
[51:49] Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
Jika memang benar apa yang dikatakan Allah di dalam Al-Qur’an, bahwa segala sesuatu itu diciptakan berpasangan, apakah artinya “berpasangan” disini ? Kita mengetahui bahwa tidak semuanya memiliki “pasangan”. Beberapa hewan ber-sel satu tidak membutuhkan pasangan untuk berkembang biak. Bagaimana dengan benda-benda mati ? Batu, gunung, laut  ? Tidakkah “semuanya” disini berarti “segala sesuatu” ?
Apa yang ditumbuhkan oleh bumi – genderisasi tumbuhan
Perhatikan surah Yaasiin (36) ayat 36 ketika menyatakan “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi …“. Hal yang sama dinyatakan dalam Al-Qur’an di surah Luqman (31) ayat 10 dan surah Thaahaa (20) ayat 53 sebagai berikut :
[31:10] Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik (kulli zawjin kariim)
[20:53] Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam (azwajan min nabatin syattaa)
kulli zawjin kariiim” di Q.S 31:10 artinya “setiap pasangan yang baik” yang mengacu kepada tumbuhan karena konteksnya adalah “fa-anbat-na” (“dan Kami tumbuhkan”), sedangkan “zawajam min nabatin syatta” di Q.S 20:52 artinya “pasangan tumbuhan yang bermacam-macam”.
Dimasa Al-Qur’an diturunkan, yaitu 14 abad yang lalu, tidak ada yang mengetahui bahwa tumbuh-tumbuhan memiliki gender atau jenis kelamin. Apalagi kebanyakan tumbuh-tumbuhan yang dikenal saat itu dapat dikembangbiakkan tanpa perkawinan, dengan menanam bijinya, atau memotong sebagian batang dan menanamnya kembali. Baru di awal abad 18, mulai dilakukan penelitian terhadap adanya gender bagi tumbuhan (plants sexuality).
Saat ini ditemukan bahwa tumbuh-tumbuhan memiliki organ perkembang-biakannya yang berfungsi sebagai alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Beberapa jenis tumbuhan memiliki keduanya dalam satu tumbuhan, beberapa tumbuhan hanya memiliki salah satu jenis alat reproduksi tersebut, sehingga di dalam ilmu Botani dikenal adanya istilah Hermaphrodite, Monoecious, Dioecious, Subdioecious, Polygamy, Diclinous. Pembagian ini berdasarkan kepemilikan alat reproduksi jantan dan betina dalam satu spesies tumbuhan dengan melihat juga secara individu dari tiap spesies tersebut.
Lebih jauh, di dalam surah Ar-Ra’d (13) ayat 3, Allah berfirman :
[13:3] Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan (wamin kulli al-tsamaraati ja’ala fiha zawjayni itsnain), Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
wamin kulli al-tsamaraati ja’ala fiha zawjayni itsnain” pada ayat di atas berarti “dari semua buah-buahan Dia jadikan pasangan dari dua”. Seperti yang diketahui di dalam ilmu Botani, buah merupakan hasil akhir dari proses reprodukti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Buah ini dihasilkan dari bunga, yang memiliki alat reproduksi jantan (benang sari/stemens) dan betina (putik/ovules), dimana ada bunga yang memiliki kedua-duanya dan ada pula yang hanya memiliki salah satu saja sehingga dalam pembuahannya membutuhkan bantuan pihak ketiga seperti hewan. Ketika serbuk sari dari benang sari membuahi putik, maka akan menghasilkan buah, yang ketika matang akan menghasilkan biji.
Oleh karena itu, setiap buah mengindikasikan adanya alat reproduksi jantan dan betina pada tumbuh-tumbuhan, karena buah-buahan mengandung biji yang dapat berkembang menjadi tumbuh-tumbuhan lain yang juga akan menghasilkan bunga yang memiliki alat reproduksi yang sama, salah satu atau seluruh dari dua, benang sari dan/atau putik. Bahkan di beberapa spesies dimana menghasilkan buah tanpa biji (parthenocarpic fruit), dimana buahnya dihasilkan dari bunga yang mandul (non-fertilized flower), seperti pisang, beberapa jenis nanas, gandum, beberapa jenis jeruk, anggur, dan lain-lain, juga memiliki karakteristik seksual, dan buah-buahan jenis parthenocarpic ini tetap dimasukkan ke dalam buah hasil sexual reproduction.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam postingan “Al-Qur’an, Enam, Lebah, dan Laba-Laba (klik disini untuk baca)” ketika menjelaskan mengenai lebah, bahwa “tsamarat” yang diartikan sebagai buah pengertiannya lebih luas dari sekedar buah (fawkiha), tetapi juga mengindikasikan “apa yang dihasilkan oleh bunga”.
Sesuatu yang telah dinyatakan 14 abad yang lalu oleh Al-Qur’an dan baru dapat dibuktikan berabad-abad setelahnya.
Dari diri mereka sendiri – DNA pada makhluk hidup
Selanjunya surah Yaasiin (36) ayat 36 menyatakan “… dan pada diri mereka sendiri …“. “Pasangan” bagi “diri mereka sendiri” secara tersurat mengindikasikan bahwa pada manusia diciptakan jenis laki-laki dan perempuan. Lalu bagaimana dengan hewan ? Di surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 Allah berfirman :
[51:49] Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
Surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 diatas jika diterjemahkan kata per kata, maka terjemahannya adalah “dan dari/pada segala sesuatu Kami ciptakan pasangan agar kamu dapat mengingat“. Jika bagi hewan pun diciptakan berpasang-pasangan, bagaimana dengan jenis-jenis hewan tingkat rendah yang tidak memiliki jenis kelamin dan berkembang biak dengan cara aseksual ? Bagaimana dengan bakteri dan makhluk-makhluk bersel satu lainnya ?
Di dalam Biologi molekular dan genetika dikenal apa yang dinamakan base pair (pasangan basa).Base pair didefinisikan sebagai pasangan hubungan antara dua basa Nitrogen dari komplementer yang berlawanan pada untaian DNA atau beberapa jenis untaian RNA yang terhubung melalui ikatan Hidrogen. Misalnya pada Watson-Crick DNA base pairs, adenine (A) membentuk base pair denganthymine (T) pada DNA dan uracil (U) pada RNA. Guanine (G) membentuk base pair dengan cytosine(C).
Pasangan basa (base pair) inilah yang nantinya akan membentuk DNA (termasuk di dalamnya adalah gen yang merupakan bagian dari DNA) dan kromosom, yang akan membentuk sel dimana sel ini merupakan bagian dari makhluk hidup.
Ya, pada setiap makhluk hidup Allah ciptakan “pasangan”. “Pasangan” inilah yang akan membentuk makhluk hidup, menjadi untaian DNA yang akan membentuk kromosom dan kromosom ini akan membentuk sel yang merupakan bagian dari mahluk hidup itu sendiri. Sesuatu yang telah dinyatakan 14 abad yang lalu oleh Al-Qur’an dan baru dapat dibuktikan berabad-abad setelahnya. Tidak ada yang mengenal istilah DNA, kromosom, apalagi pasangan basa ketika Al-Qur’an diturunkan, akan tetapi Al-Qur’an menyampaikan secara tersirat, dengan bahasa yang dapat diterima di jamannya dan mampu dibuktikan dengan ilmu pengetahuan berabad-abad setelahnya, sebagaimana di surah Fushshilat (41) ayat 53 Allah berfirman :
[41:53] Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendirisehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar…
Dari apa yang mereka tidak ketahui – pembentukan materi
Di bagian akhir surah Yaasiin (36) ayat 36 disebutkan “… maupun dari apa yang tidak mereka ketahui“. Jika makhluk hidup tercipta dari pasangan basa, maka bagaimana dengan benda-benda mati yang tidak memiliki DNA ? Disini Al-Qur’an mengisyaratkan dengan menyebutkan “dari apa yang tidak mereka ketahui“.
Di dalam Fisika kuantum, ketika membicarakan mengenai pembentukan materi, akan dihadapkan dengan apa yang dinamakan materi (matter) dan anti-materi (anti-matter), partikel dan anti-partikel. Sesuatu yang nihil (bahasa Latin yang artinya “tidak ada/kosong”), menghasilkan materi + anti-materi dimana ketika materi dan anti-materi ini bertemu akan saling menghancurkan sehingga menghasilkan nihil.
Dari website Oracle ThinkQuest “http://library.thinkquest.org/J0112540/universe/makematter.html” dikatakan di awal pembentukan alam semesta, berbagai macam partikel tercipta, yang disebabkan dilepaskannya energi yang sangat amat besar. Partikel-partikel tersebut tercipta secara “kebetulan”, dimana sebagian dari partikel tersebut akan meluruh dan menciptakan partikel-partikel jenis lain. Partikel-partikel ini lebih kecil daripada atom, sehingga sering pula dikatakan dengan sub-atomik partikel. Sub-atomic partikel ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori besar yaitu “hadron” (gaya yang besar) atau “quark”, “lepton” (elektromagnetik dan gaya yang lemah lainnya), dan “boson” (pembentuk massa atau berat).
Partikel-partikel memiliki apa yang dinamakan anti-partikel (antiquark, antilepton, antiboson). Anti-partikel memiliki massa yang sama dengan partikel pasangannya, tetapi memiliki muatan atau properti elektromagnetik yang berbeda/berlawanan.
Contohnya Hidrogen memiliki satu proton yang dikelilingi satu elektron, maka Anti-hidrogen memiliki satu positron (proton bermuatan negatif) yang dikelilingi oleh satu anti-elektron (elektron bermuatan positif). Pada awalnya, setelah terjadinya big bang,  jumlah materi dan anti-materi seimbang, dimana ketika kedua partikel ini bertemu akan saling meniadakan satu dengan yang lainnya dan menghasilkan energi yang besar yang akan menciptakan partikel-partikel lain yang lebih kecil, karena partikel yang lebih besar cenderung untuk tidak stabil.
Contohnya X-boson, sub-atomik partikel terberat, dan pasangannya, anti-X boson yang meluruh menjadi partikel-partikel dan anti-anti partikel lainnya yang lebih kecil. namun untuk setiap 100 juta partikel, hanya ada 99,999,999 antipartikel yang tercipta dari peluruhan ini. Walaupun perbedaannya amatlah kecil, namun proses seperti inilah yang diyakini para ilmuwan membentuk materi di alam semesta, dimana setiap materi terbentuk dari “pasangan”.
Sampai saat ini diyakini untuk setiap materi masih ada anti-materi pasangannya. Namun tentu saja keduanya tidak dapat di pertemukan karena akan saling meniadakan. Namun sesuai firman Allah pada surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 “dan dari/pada segala sesuatu Kami ciptakan pasangan“. Dari segala materi yang terbentuk Allah ciptakan pula anti-materi nya, wallahu a’lam. Allah menciptakan apa-apa yang diketahui manusia “dari apa yang tidak mereka ketahui” sebagaimana yang disebutkan dalam bagian akhir surah Yaasiin (36) ayat 36.
Beberapa unsur telah dapat di ciptakan anti-materinya secara artifisial oleh manusia, hanya saja membutuhkan biaya yang sangat besar sekali untuk pembuatannya. Di perkirakan dibutuhkan 25 milyar US dollar untuk membuat 1 gram positron dan 62.5 trilliun US dollar untuk membuat 1 gram Anti-hidrogen.
Agar kamu dapat mengingat – gen dan pengukuran usia materi
Sebagai penutup, di akhir surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 dikatakan “... agar kamu dapat mengingat“. la’allakum tadzakkarun secara literal artinya “supaya kamu dapat mengingat” yang diterjemahkan dalam terjemahan bahasa Indonesia, “supaya kamu mengingat kebesaran Allah”.
Jika terkait dengan makhluk hidup, diatas dijelaskan pasangan basa (base pair) akan membentuk DNA atau RNA. Dari untaian DNA atau RNA itu ada yang dinamakan dengan gen, yang menyimpan informasi segala sifat dan ciri makhluk hidup. Dari gen ini timbul apa yang dinamakan faktor keturunan, karena ada beberapa sifat yang diturunkan secara genetik dari orang tua.
Terkait dengan materi terutama benda mati, pada pembentukan materi dari peluruhan materi dan anti materi, akan menghasilkan partikel atom dengan isotop yang berbeda-beda, yang dicirikan dengan jumlah neutron di inti atomnya, yang diistilahkan dengan nuklida. beberapa nuklida bersifat tidak stabil, dan dapat berupah secara spontan menjadi nuklida yang lain. Transformasi nuklida ini dapat terjadi dalam beberapa cara salah satunya adalah peluruhan radio aktif sampai akhirnya membentuk partikel yang stabil. Karena terjadi proses inilah sehingga para ilmuwan saat ini dapat mengukur usia dari materi, termasuk di dalamnya usia Bumi, dengan metode yang dinamakan Radiometric dating.
Dengan adanya DNA/RNA yang terdiri dari “pasangan” basa, membuat manusia mampu “mengingat” ciri-ciri dan sifat-sifat fisik dan non-fisik dari dirinya dengan merujuk kepada sifat penurunan – hereditas (heredity) dan diciptakannya materi dari “pasangan”, membuat manusia dapat “mengingat” umur dari setiap materi tersebut, yang akhirnya membuat manusia teringat akan kebesaran Allah, sang Maha Pencipta, yang Menciptakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya Al-Qur’an satu-satunya kitab suci yang menyatakan demikian.
[51:49] Dan dari segala sesuatu Kami ciptakan “pasangan” supaya kamu mengingat  …
Wallahu a’lam
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya
Dikutip dari berbagai sumber.
Penyambung Tulisan N.I.R.P

No comments: