Selamat Maal-Hijrah 1435H

Selamat Maulidurrasul

Sunday, September 3, 2017

Al Kitab, or Bible


Memeriksa Keaslian ALKITAB Dan AL-QUR'AN


 on Wednesday, 20 February 2013 
Oleh Zikrullah T. Ayyuba

Sebuah studi Alkitab mengungkapkan bahwa Alkitab tidak mengandung kata-kata yang tepat yang diwahyukan dan diucapkan oleh para nabi seperti Musa dan Nabi Isa. Alkitab telah ditulis oleh berbagai penulis selama periode berabad-abad, yang pada waktu itu juga banyak mengalami perubahan.

Dr Stanley Cook menulis:

"Kesalahan manusia (fallibility) menjadi faktornya, Alkitab tidak bebas dari kontradiksi dan kesalahan, dan sama sekali tidak sesuai dengan nilai-nilai agama secara menyeluruh. (Introduction to the Bible. h.193)
Kemudian dalam Britannica Encyclopedia edisi kesebelas menerangkan di bawah judul Bible:

"Tak dapat diragukan lagi bahwa sejumlah besar perubahan telah dimasukkan ke dalam teks Ibrani". Kita lihat dari sejarah Israel bahwa pada masa Nebukadnezar kitab-kitab Israel dibakar dan dimusnahkan. Kemudian ditulis ulang oleh Nabi Ezra: "Ia terlupakan dan Ezra memperbaruinya". (p. 322, Vol. V, Jewish Encyclopaedia)

Al-Qur'an dan AlkitabLebih lanjut pada halaman yang sama ditulis:

"Ia menunjukkan keraguannya mengenai kebenaran dari beberapa kata dari teks dengan menempatkan titik diatasnya. Haruskah Elihah, katanya, menyetujui teks, poin yang akan diabaikan. Haruskah ia menolak, kata-kata yang meragukan untuk dihapus dari teks."

Hal ini tidak memerlukan komentar lebih lanjut dari saya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa secara umum Perjanjian Lama tidak bisa lagi dianggap sebagai Firman Allah yang terjaga keotentikannya. Demikianlah keadaan perjanjian lama.

Begitupun Perjanjian Baru yang memiliki kondisi yang sama. Tidak ada jaminan tentang kapan tepatnya ia ditulis. Kita tahu bahwa pada hari-hari pertama setelah kepergian Yesus mereka kemudian menunggu kedatangannya kembali. Sementara mereka yang telah tinggal bersama Yesus telah meninggalkan dunia ini dan pada saat yang sama tidak ada tanda-tanda beliau akan kembali, maka dirasa perlu bahwa Injil harus ditulis untuk keperluan orang-orang yang tidak bisa mendengar dari orang-orang yang tinggal bersama Yesus. Seorang sarjana Oxford mencatat:

"Hal penting pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa belum ada Injil yang tertulis sampai bertahun-tahun setelah Yesus. Injil Markus adalah Injil yang paling awal yang diakui secara umum. Umumnya menetapkan penulisan tesebut telah dilakukan sekitar 65 SM. Peristiwa penyaliban umumnya dianggap telah terjadi sekitar 29 SM atau 30 SM. Jadi Injil ada sekitar tiga puluh lima tahun kemudian setelah riwayat-riwayat itu tercatat. Injil-injil lainnya ditulis kemudian... Selama tahun-tahun awal setelah selamatnya Yesus dari kematian, tidak ada catatan tertulis yang dibuat tentang kehidupan dan ajaran beliau. Beberapa ucapan yang paling mencolok yang mungkin diwujudkan adalah berupa liturgi sederhana. Setelah itu, tahun demi tahun berlalu dan ingatan semakin redup, maka dirasakan perlu untuk mencatat sabda-sabda beliau ke dalam bentuk tulisan... Tulisan-tulisan telah didasarkan pada ingatan para murid yang tinggal bersama Yesus dan yang mendengar sabda-sabdanya, jadi ingatan dan tradisi adalah dasar dari injil kita sekarang dibangun.
Harus kita sadari bahwa adalah hal yang tidak mungkin bahwa suatu cerita yang disebarkan secara mulut ke mulut - bahkan ketika hal itu dilakukan dalam waktu dekat ketika terjadinya peristiwa - tidak akan mengalami beberapa modifikasi. Hal ini tidak dapat dihindari bahwa narasi atau ucapan yang disampaikan dari mulut ke mulut untuk peristiwa yang telah terjadi hampir tiga puluh tahun pasti mengalami perubahan dalam prosesnya. Selain itu kita harus ingat bahwa di zaman kuno itu adalah kebiasaan umum bahwa para penulis sejarah yang paling telitipun memasukkan ke dalam mulutnya suatu karakter, diantaranya mereka menulis kata-kata yang mereka anggap sesuai dengan kondisi tanpa berniat untuk menyiratkan bahwa itulah kata yang tepat. Dan juga tidak ada keraguan dari para penulis sejarah pada kesempatan itu untuk memodifikasi catatannya sedemikian rupa untuk membawa keluar sudut pandang tertentu yang ingin tekankan dalam tulisannya.
Tidak ada keraguan bahwa Injil yang telah ditulis bukan hanya untuk tujuan penulisan tetapi juga untuk dedikasi yang telah tertanam dalam sikap pikiran. Kami tidak menjamin bahwa narasi dan ucapan seperti yang diberikan dalam Injil selalu mewaili apa yang terjadi sebenarnya dan apa yang sebenarnya dikatakan.  (The Story Behind the Gospel by Bernard M.Allen)

Thomas Paine menulis dalam bukunya 'The Age of Reason':

"Konsili Nicea dan Laodikia diadakan sekitar 350 tahun setelah Kristus, dan kitab-kitab Perjanjian Baru sekarang kemudian dipilih secara ya atau tidak seperti kita melakukan pemilihan dalam hukum. Banyak sekali kitab yang ditolak setelah mayoritas memilih tidak. Beginilah bagaimana Perjanjian Baru terbentuk... Jadi inilah barangkali, mereka memutuskan melalui pemungutan suara mana kitab dari koleksi mereka yang harus dianggap sebagai firman Tuhan dan mana yang ditolak. Mereka menolak sebagiannya, mereka memilih yang lainnya yang dianggap ragu-ragu menjadi sebuah kitab yang disebut Apokripa, dan kitab-kitab yang dipilih dengan suara terbanyak terpilih menjadi firman Allah. Haruskah mereka memilih sebaliknya, semua orang, setelah menyebut diri mereka Kristen, untuk percaya kepada yang lain, untuk kepercayaan yang dipilih oleh yang lain." Kita membaca dalam Peakes Commentary on the Bible: "Kita tidak memiliki teks Kitab Suci yang final dan tanpa meragukan yang bisa kita anggap sebagai versi asli. Versi asli sudah lama musnah.." (h.4)

Jika klaim Perjanjian baru adalah benar bahwa semua kitabnya diilhamkan oleh Allah." (II Timotius 3:16) lalu mengapa Gereja harus memutuskan dengan cara pemungutan suara mana buku yang diilhamkan dan mana yang bukan. Hal ini telah ditegaskan oleh teman-teman Kristen kita bahwa lima kitab pertama dari Alkitab telah ditulis oleh Musa di bawah Ilham Ilahi. Tetapi bagaimana hal ini bisa terjadi ketika kita menjumpai di bagian akhir dari kitab kelima terakhir Nabi Musa tersebut seperti ini:

Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.(Ulangan 34:5-6)

Dari sini jelas nampak bahwa Musa bukanlah sosok penulis yang mengilhamkannya bahkan untuk disebut hanya sebagai penulis, karena tidak mungkin beliau menulis tentang kematiannya sendiri. Bahkan begitu lama waktu berlalu sebelum kitab tersebut ditulis, tidak ada yang tahu keberadaan makamnya!

Demikian juga kitab berikutnya tidak mungkin ditulis oleh Joshua seperti yang tertulis di bagian akhirnya:

Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur seratus sepuluh tahun. (yosua 24:29)

Keotentikan Al-Qur'an 

Jika Umat Islam sering membandingkan kitab suci mereka dengan kitab agama lain, hal itu tidak lain karena keaslian dari Alquran. Sebagaimana Firman Allah taala yang menyatakan:

"Ini adalah kitab yang sempurna, tidak ada keraguan di dalamnya, yang merupakan petunjuk bagi orang-orang yang benar." (2:3)

Sesungguhnya, Kami Yang telah menurunkan Peringatan Alquran ini, dan sesungguhnya Kami baginya adalah Pemelihara. [15:10)]

Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Zikir, Alquran, ketika itu datang kepada mereka, dan Sesungguhnya itu adalah Kitab yang mulia. Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik dari depannya maupun dari belakangnya.  Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Terpuji. (41:42-43)
Dia-lah yang menurunkan Kitab kepada engkau (3:8)

Segala puji bagi Allah swt., Yang telah menurunkan atas hamba-Nya Kitab ini dan tidaklah Dia menjadikan baginya kebengkokan. 18:2)

Ayat-ayat Al-Qur'an diatas menunjukkan dengan jelas bahwa Al-Qur'an adalah Firman Allah yang benar. Disamping itu bahasa dan gaya Al-Qur'an sedemikian rupa sehingga dengan mudah untuk diingat. Tidak saja para sahabat Rasulullah saw yang telah melakukan itu dengn cara menghafalnya tetapi juga sampai sekarang ratusan bahkan ribuan umat Islam telah melakukannya juga dan membacanya secara teratur agar ingatan mereka tetap segar terhadap ayat-ayat Al-Qur'an.

Karakteristik Al-Qur'an adalah ia membantah setiap keberatan yang diajukan terhadapnya oleh lawan-lawannya misalnya mengatakan bahwa Rasulullah saw lah yang telah mengarangnya sendiri. Allah taala mencabar mereka dalam Al-Qur'an:

"Dan jika kamu dalam keraguan tentang apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami, maka  buatlah satu Surah yang semisalnya, dan ajaklah pembantu-pembantumu selain Allah swt., sekiranya kamu memang orang-orang yang benar. [2:24)

Apakah mereka mengatakan, “Ia telah mengada-adakannya? ”Katakanlah, Bawalah sebuah Surah yang semisalnya. dan panggillah siapa saja yang kamu mampu selain Allah swt. jika memang kamu orang-orang benar. (10:39)

Tantangan ini belum ada yang menanggapi. Tidak diragukan lagi banyak kritikus telah berusaha untuk membantah klaim Islam tersebut tetapi tidak ada yang telah memenuhi tantangan tertentu bahkan hanya untuk menghasilkan satu ayat yang lebih baik dari standar bahasa Arab dalam Al-Qur'an. Bagaimanapun  mereka tidak mampu melakukannya karana Allah sendiri yang telah menetapkan:

No comments: